Goresan Rindu untuk Bunda
Semarang, 19 November 2014
Untukmu,
Matahariku …
Assalamu’alaikum
Wr. Wb
Salam peluk rindu
dan cium cinta dari ku …,
Apa kabar Bunda di
sana? Bunda pasti sudah kangen dengan
Mia? anak Bunda yang paling imut, Hehe…
Bunda, dua bulan rasanya bagai dua abad, lama sekali. Ciuman dan
pelukan terakhir darimu saat itu, sampai saat ini masih hangat Mia rasakan. Semakin
menyisakan hati Mia untuk segera berjumpa dengan Bunda. Bunda tahu? Dua hari
kemarin, Mia pergi ke Lereng Merbabu bersama teman sekelompokku, Mia meneliti
bahasa penduduk di sana. Jika di rumah Mia jarang memakai selimut saat bobog,
di sana Mia takpernah mau lepas selimut Bunda, dingin sekali. Kalau Mia di
rumah nanti, pasti akan Mia ceritakan semuanya kepada Bunda dan Ayah. Ayah
sehat kan Bunda? Mia juga sangat merindukan Ayah. Ayah masih setia dengan
sepeda tuanya Bunda? Ingin diboncengin Ayah dengan sepeda tua itu lagi. Eh,
Ayah masih kuat dong Bunda? Hehe ….
Bunda, saat Mia menggoreskan tinta di atas surat ini, Mia tiba-tiba
merasa lapar, masakan Bunda tak pernah ada yang menandingi. Enak di lidah Mia
seperti sudah mendarah daging di atasnya. Sambal terasi sama ikan bakar
oleh-oleh Kakak sehabis mancing di sungai. Emm .., kakak masih suka bangun
siang ya Bunda? Maafin kakak ya Bunda, memang kakak sukanya bekerja lembur
sampai larut malam, tapi kakak hebat. Kakak takpernah mau ninggalin Bunda di
rumah sendiri. Mia takbisa seperti kakak, Mia jauh dari Bunda, Ayah, dan Kakak.
Mia sering menitihkan air rindu Mia saat tahajud tiba. Mia takpernah lupa
menyebut nama-nama mereka di helaan sujud Mia. Melalui doa, Mia yakin kerinduan
anak kepada Bunda tercintanya akan tersampaikan. Semoga Bunda, Ayah, dan Kakak selalu dalam
keberkahan Allah. Amin ….
Bunda, sampai batas ini dulu ya, sebenarnya Mia masih mempunyai
banyak rangkaian isi hati Mia, tapi Mia yakin tak akan cukup jika kutuangkan
semuanya. Biar angin dan hujan yang mengantarkan salam rindu Mia kepada Bunda
dan keluarga. I Miss You Bunda, Mia sayang Bunda. Tunggu Mia pulang.
Dari
Malaikat kecil yang merindukan
mataharinya,
Mia Mariyana Efendi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar