Pada jeda yang membisu, aku mengerti kau tengah mencipta rahasia
Aku akhirnya harus lelah untuk tetap ada. Bahkan,
kesendirian dan kesepian ternyata terlalu berbaik hati hingga aku tak menyadari
ia mampu menyadarkan . Rasanya, hatiku telah berjuang memahami keinginanmu,
meski ia sendiri tak tahu luka mana yang tulus menemani.
Aku diam, namun bukan membisu. Kau mungkin tahu seperti apa
rasanya memendam rindu yang takpernah bertemu pada ujungnya. Kau seharusnya
mungkin mengaku, semakin hening perasaaan ini, semakin jelas ia tergambar di
kertas mana berlabuh.
Aku akhirnya mengerti. Terkadang seeorang selalu mempunyai
cara untuk memulai perpisahan. Aku mengerti, perasaan ini akhirnya takkan
pernah sampai.
“Kita harus terbiasa.” katamu di atas kebingunganku.
Kita masih suka hal-hal yang tersirat, meski hatiku menyimpan sejuta tanda tanya.
Kita masih suka hal-hal yang tersirat, meski hatiku menyimpan sejuta tanda tanya.
“Seperti apa?” balasku.
“Seperti ini.” lanjutmu.
Kita memilih hening. Kafe mini yang kita pilih untuk bertemu
sedang memutar sebuah lagu.
.
.
.
.
‘Tak ku sangka kau tinggalkan aku.
Akhiri semua yang telah berlalu. Tanpa ada satu kesempatan. Ku harus
rela kehilanganmu
Begitu perih yang ku rasakan
Begitu perih yang ku rasakan
Lalui hari tanpa hadirmu
Mencoba tuk melupakan
Kaulah yang terdalam menghiasi hidupku
Biarlah kini serpihan hati
Menemani air mataku
Hingga habis dayaku
Untuk selalu mencintaimu...'
.
.
.
.
“Oh, apa ini perpisahan?” tanyaku kemudian.
Diam bukanlah jawaban, tapi setidaknya aku semakin mengerti
apa keinginanmu.
Dan, lagu masih saja berlanjut.
'Biarlah kini serpihan hati
Menemani air mataku
Hingga habis dayaku
Untuk selalu mencintaimu…'
.
.
“Bukan.” jawabmu akhirnya.
Hatiku semakin sesak, perasaan seperti apa ini, Tuhan? Hatiku menjerit
hingga tiada orang yang mendengarnya.
Dan, setelah itu kau pergi, belum pernah kembali lagi.
Pada jeda yang membisu, pada hari-hari yang sepi, pada waktu-waktu tanpamu.
Aku harus mengerti, kau tengah mencipta sebuah rahasia, yang tak ingin
membuatku terluka demi mengeluarkan air mata.
.
.
Biarlah kini serpihan hati
Menemani air mataku
Hingga habis dayaku
Untuk selalu mencintaimu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar