Malam berhiasan hamparan bintang berbalut awan
kelabu. Samar dan tak jelas ketika sedikit mendung menghampirinya. Bulan yang
saat ini genap berumur 27 malam nampak tak ada raut mukanya. Segaris alis tipis
yang melengkung di ufuk Barat. Kumencoba melawan rindu yang sudah mulai tak
bersahabat. Rindu kepada sesuatu yang masih belum bisa kutemukan. Mencari
sesuatu yang tak pasti memang tak selalu mudah. Cinta kepada sesuatu yang
sangat jauh dari kehidupan kita memang rasanya pilu. Hanya harapan demi harapan
yang tak kunjung ada ujungnya.
Rindu membuat jiwa ini merapuh dari detik ke
detik, menit ke menit, jam ke jam, bahkan setiap helaan napas ini hampir
menyekat penuh cinta. Sekali lagi, rindu kepada sang bayangan yang entah tiada
pernah ada dia di dunia ini. Maaf, bukan tidak ada, namun belum ada.
Apa kabar ia di sana? Di mana? Aku hampir
terlupa kalau aku tak tahu ia siapa dan di mana ruang yang kini ia singgahi.
Bayangan itu hitam, jika mentari datang ia menghilang dan tak pernah mau
kembali sebelum bulan menjumpainya. Seperti itukah bayanganku? Bayanganku
bahkan lebih dari itu, ia ada dan terasa namun ia benar-benar tak pernah ada.
Yah, hati ini yang merasakannya. Hati si pemuja rahasia yang tiada henti
memanggil dan berharap cintanya mengubah bayangan menjadi sesosok yang ia
idamkan. Menjadi belahan jiwa, menjadi pangeran impian, menjadi imamnya kelak.
Allhumma Hablana Min Ajwazinaa Wadzurriyyatina
Qurrota A’yuni Waj’alna lilmuttaqina Imaman. Aminn...
Kutunggu
di saat Kau mampu menemukanku, bayangan....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar