Cerita
Tak Bernama
Inginku dengarkan
Dentingan sukma meramu menuju
tahta
Melangkahkan jejak menyisakan
cerita
Bukan sekadar dongeng
pengantar tidur
Atau kisah sang putri bersama
pangerannya
Dengarkan kami…
Sebagai hamba penghaus ilmu
Sebagai manusia yang belum
bernama
Di sini, istana kecil nan
berbilik-bilik
Jikalah pelangi indah karena
penuh warna
Kerlipan warna itulah yang
kami sebut cerita
Laksana purnama yang berbinar
terang di angkasa
Menyinari lorong-lorong
kekosongan jiwa
Pada sesosok itulah kami
mengabdi
Menyerahkan seluruh kebodohan
diri kepadanya
Memaksakan diri agar bisa
disebut ‘santri’
Lalu, mengapa kalian masih
tertidur?
Lihatlah betapa memalukannya
wajah-wajah ini
Merengut namun tak segera menyesali
diri
Tahun yang berabad terenggut
sia-sia
Oleh bayang-bayang nestapa
dunia
Oleh kekalutan hati yang
mengakar di depan sana
Jangan ikuti langkah kami
Kala hujan siang itu tak
menyisakan pelangi
Ketika kami hanyalah awan
gelap penghalang rembulan
Setidaknya, janganlah pula
kau cerca kami
Wahai sang maha Guru…
Dalam tunduk hina wajah-wajah
ini
Dalam pundak-pundak yang
telah membungkuk ini
Inilah kami,
Memujamu mengharap seberkah
doa
Untuk kami
Para pengabdi yang sudah
bertoga
Wahai sang maha Guru…
Engkaulah raja pemilik istana
itu
Pemimpin yang senantiasa kami
teladani
Seorang ayah yang memanjakan
putra-putrinya
Sebagai tempat kami berkelu
kesah
Menjadi garis nasab yang
mulia
Yang, begitu meneduhkan…
Berkati kami dalam menapakkan
langkah kaki
Lumuri sayap kami dengan ridhomu
Bekali kami dengan mata air
ilmu-ilmumu
Dan, dzikirkan kami melalui
munajat-munajatmu
Kami, hamba yang masih belum
bernama
Hanya bisa menangkupkan kedua
tangan
Memohon ampun dan mendamba
maaf
Cukuplah, untuk cerita penuh
kenangan
Terpatri bersama rindu yang
mendalam
Izinkan kami membawanya
Ke mana hati ingin
membawanya….
03 November 2016,
PPDA, Gunungpati,
Semarang